Kamis, 14 Desember 2017

Kedatangan Belanda di Indonesia



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan khadirat Tuhan yang maha esa karena dengan karunia dan rahmat-Nyalah, saya dapat menyelesaikan tugas Sejarah indonesia madya  berjudul 
kedatangan bangsa belanda di indonesia
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menambah wawasan pembaca dan sebagai penugasan mata kuliah sejarah indonesia madya. Serta ucapan terima kasih kepada ibu Dra.nurhayati dina,M.pd. selaku Dosen Pengasuh mata kuliah Sejarah Asia indonesia madya  telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dalam penyusunan makalah yang lain di masa yang akan datang.



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
    Salah satu faktor penyebab penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa Belanda adalah adanya reformasi agama yang menyebabkan terjadinya perang selama 80 tahun dengan Spanyol. Belanda yang mengikuti paham reformasi tidak mau tunduk kepada Spanyol yang Katolik. Pada masa perang 80 tahun tersebut, Portugal yang disatukan oleh Raja Spanyol Philip II melakukan penekanan dengan melarang Belanda berdagang di Lisabon dengan asumsi bisa menghancurkan perekonomian Belanda. Namun, usaha itu tidak berhasil, tetapi justru membuat para pedagang dan pelaut Belanda mencari jalan sendiri ke sumbernya (Indonesia).
     Ternyata perkembangan ilmu pengetahuan juga turut andil dalam latar belakang kedatangan bangsa barat ke Indonesia. Kemajuan teknologi ditunjukkan dengan penemuan kompas, navigasi, mesiu, dan peralatan pelayaran. Hal itu terbukti dengan Penemuan Benua Amerika oleh Columbus atas bantuan Abdul Majid dengan teknologi kapal yang dimiliki oleh Spanyol. Sementara itu, bangsa Portugis juga berhasil menemukan teknologi kapal dan layar yang mengagumkan. Mereka telah menciptakan kapal yang memiliki kecepatan tinggi dalam mengarungi samudra yang dilengkapi dengan meriam sebagai senjata utama mereka.Pada masa imperialisme kuno, Portugis dan Spanyol merupakan dua kerajaan Katolik yang mempunyai kekuatan armada laut, teknologi navigasi, dan perkapalan yang maju dibanding negara-negara lainnya. Oleh karena itu, tidak heran jika kedua negara tersebut yang mengawali proses penjelajahan samudra. Perjanjian Tordesillas (Tratado de Tordesillas). Keunggulan dalam teknologi navigasi dan perkapalan yang dimiliki Portugis dan Spanyol menimbulkan persaingan di antara keduanya dalam memperebutkan wilayah penjelajahan dan perdagangan semenjak tahun 1452.
Oleh karena itu, pada tanggal 4 Juni 1474 di Tordesillas (suatu daerah dekat Madrid) diadakan perjanjian kesepakatan antara raja Spanyol dan raja Portugis dengan ditengahi oleh Paus Alexander VI (berasal dari Spanyol). Isi dari Perjanjian Tordesillas adalah pembagian arah pelayaran antara Spanyol dan Portugis. Dalam perjanjian tersebut, Spanyol memiliki hak perdagangan dan pelayaran ke arah barat, sementara Portugis ke arah timur. Perjanjian tersebut berlaku sampai 13 Januari 1750.Dengan perjanjian tersebut, maka para pedagang Portugis mulai mencari jalan berlayar ke arah timur untuk mencari rempahrempah, sedangkan para pedagang Spanyol berlayar ke arah barat (menuju Benua Amerika). Salah satu akibat dari Perjanjian Tordesillas adalah berkembangnya semboyan 3 G yaitu gospel, gold, dan glory.
   Gospel (Penyebaran Ajaran Katolik dan Kristen)Akibat dari semboyan gospel tersebut, tidak heran jika para penjelajah selalu didampingi oleh para misionaris Kristen, dan daerah-daerah yang dikuasai oleh para pedagang Spanyol dan Portugis dipastikan terjadi konversi (proses perpindahan agama) ke agama Katolik yang diiringi dengan asimilasi kebudayaan.
   Gold (Mencari Kekayaan Berupa Emas)Semboyan gold menimbulkan paham merkantilis (paham yang beranggapan bahwa kejayaan negara diukur dengan banyaknya emas yang dimiliki sebagai hasil dari laba perdagangan).
   Glory (Mencari Kejayaan, Kemasyhuran, dan Ke-menangan) Semboyan glory akhirnya melahirkan imperialisme kuno karena kejayaan dilihat dari daerah koloni dan jalur perdagangan yang dikuasai. Dengan demikian, banyak bangsa yang berlomba-lomba menguasai daerah lain.
   Perjanjian Saragosa Perjanjian ini dilatarbelakangi oleh pertemuan orang Portugis dan Spanyol di Kepulauan Maluku. Portugis mendarat di Ternate, sementara Spanyol mendarat di Tidore. Ketika mereka bertemu, hampir saja terjadi pertempuran karena masingmasing menuduh telah melanggar Perjanjian Tordesillas. Akhirnya mereka membawa masalah tersebut ke Paus, sehingga Paus memperbarui perjanjian tersebut dengan Perjanjian Saragosa (22 April 1529).Proses Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia,Cornelis de Houtman memulai ekspedisi dengan membawa empat kapal dari Belanda dan tiba di Banten pada tahun 1596.

Houtman membawa keuntungan yang besar sekembalinya ke Belanda. Oleh karena itu pada tahun 1598, para pedagang Belanda lain terdorong untuk pergi ke Indonesia. Belanda kembali melakukan ekspedisi ke Indonesia, kali ini dipimpin oleh Jacob van Neck.Banyaknya ekspedisi menyebabkan terjadinya persaingan antara para pedagang. Untuk menghindari persaingan di antara para pedagang itu, Belanda membentuk VOC pada tahun 1602.Ekspedisi yang dilakukan Belanda setelah Cornelis de Houtman tidak banyak mendapat keuntungan yang besar. Hal ini disebabkan persaingan di antara para pedagang Belanda sendiri, juga dengan para pedagang Portugis maupun Inggris. Sikap Belanda yang sombong dan kasar juga menjadi salah satu faktor penolakan rakyat yang memicu perlawanan dari para pedagang dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah kedatangan bangsa asing di nusantara...?
2.      Bagaimana sejarah kedatangan VOC...?
3.      Bagaimana perlawanan terhadap kolonial belanda...?
4.      Apa fakta dibalik perginya belanda dari indonesia....?



BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kedatangan Hindia-Belanda di Indonesia
1.      Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia 
Sebelum datang ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempah-rempah di Lisabon (ibu kota Portugis). Pada waktu itu Belanda masih berada di bawah penjajahan Spanyol. Mulai tahun 1585, Belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis dikuasai oleh Spanyol. Dengan putusnya hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Spanyol mendorong bangsa Belanda untuk mengadakan penjelajahan samudra. Pada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara dengan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis  de Houtman. Dalam pelayarannya menuju ke timur, Belanda menempuh rute Pantai Barat Afrika –Tanjung Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda–Banten. Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad (1580–1605) Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk berdagang di Banten.
  Bangsa belanda datang ke indonesia pertama kali pada tahun 1596. Rombongan bangsa belanda yang dipimpinoleh Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer ini membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda diNusantara.. Kunjungan pertama tidak berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan Jacobvan Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga parapedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten.Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah.
Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang besar, belanda berusaha untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah dan menjajah. Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC).
   -VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun1602.Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
  -Kolonisasi pemerintah Belanda
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan.
 Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Kebijakan Beretika (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
     
      
        2.2Sejarah Kedatangan VOC di Indonesia
VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktifitas perdagangan di Asia.Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat.Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagiaan saham.Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja,tetapi badan dagang ini istimewa karena di dukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa.Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain.Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.VOC terdiri 6 bagian (kamers),yang terdapat di Amsterdam,Miiddelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoom dan Rotterdam.Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC)
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.Tujuan utama dari pembentukan VOC adalah sebagai berikut :
      1.   Menguasai pelabuhan penting.
2.      Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3.      Melaksanakan monopoli perdagangan di Indonesia.
4.      Mengatasi persaingan antara Belanda dengan pedagang Eropa lainnya
   Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

·         Kegiatan-kegiatan VOC di Indonesia
Kegiatan VOC di Indonesia mulai diorganisasi dan dimonopoli perdagangan mulai diterapkan setelah ditetapkannya gubernur jendral yang  pertama yaitu Pieter Both. Pieter Both menentukan pusat kedudukan VOC di Ambon. Pilihan itu didasari pertimbanagan bahwa dari ambon kegiatan untuk menerapkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku akan lebih mudah dilakukan. Dalam perkembangannya Pieter Both memindahkan pusat kedudukan VOC ke Jayakarta dengan alasan lebih srategis dan akan lebih mudah menyingkirkan portugis yang berkedudukan di Malaka.Sejak tanggal 31 Mei 1691,VOC memperoleh hak penuh  atas Jayakarta, dan sejak itu Jayakarta berubah menjadi Batavia. Melalui Batavia VOC memperluas pengaruhnya ke berbagai wilayah di Indonesia. Perluasan pengaruh itu disertai penerapan monopoli perdagangan. Dengan kekuatan militer dan keahlian memecah belah,sejumlah wilayah tunduk pada pengaruh VOC.
Untuk menjalankan monopoli perdagangan VOC membuat peraturan sebagai berikut :
1.      Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen hak jual-beli hanya dimiliki VOC
2.      Panen rempah-rempah harus di jual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.
3.      Barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan rumah tangga,garam,dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan VOC.

     Perluasan pengaruh VOC berlangsung setelah VOC berkedudukan di Batavia. Setelah menguasai Batavia,VOC menenamkan pengaruh politik di kerajaan Banten. Kemudian,VOC bergerak ke timur dan berhasil memperlemah kerajaan mataram di Jawa Tengah melalui perjanjian Giyanti dan perjanjian Salatiga. Sedangkan Makassar,VOC berhasil menenamkan  pengaruh politiknya melalui perjanjian Bongaya.Di Maluku,VOC menenamkan pengaruh politiknya melalui perjanjian dengan penguasa setempat. Dengan itu,VOC mengadakan perjanjian untuk saling membantu menghadang pengaruh Portugis. Dengan Ternate,VOC mengadakan perjanjian dalam rangka menanamkan pengaruhnya di Selat Barat,Luhu,Kambelo, dan Ludisi yang termasuk wilayah kekuasaan VOC.
·         Bubarnya VOC di Indonesia
  Hampir  2 abad VOC mengalami kejayaan dan berkuasa mutlak di Indonesia (abad ke-17 dan ke-18) banyak keuntungan dari monopoli perdagangan rempah-rempah dan campur tangan secara politis di berbagai wilayah. Pada akhir abad ke-18 organisasi ini mengalami kebangkrutan,dan tanggal 31 Desember 1799 VOC di bubarkan. Bangkrutnya VOC itu ditandai oleh buruknya kondisi keuangan serikat dagang tersebut. Dengan kas yang kosong dan utang yang menumpuk,VOC kemudian tidak dapat lagi menjalankan kegiatannya. Berikut ini faktor-faktor penyebab bangkrutnya VOC :
1.      Para pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi.
2.      Banyak pegawai VOC yang tidak cakap sehingga pengendalian monopoli perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3.      VOC banyak menanggung utang akibat peperangan yang dilakukan baik dengan rakyat
Indonesia maupun dengan Inggris.
4.      Kemrosotan moral dikalangan para penguasa akibat sistem monopoli perdagangan.
5.      Tidak berjalannya verplichte leveranti (penyerahan wajib) dan preanger stelsel (aturan pringan) yang di maksudkan untuk mengisi kas VOC yang kosong.
6.      Banyak prajurit VOC yang mati akibat menghadapi perlawanan rakyat.

 2.3 Perlawanan Terhadap Kolonial Belanda
    Sewenang-wenang yang dilakukan VOC ternyata kembali dilanjutkan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Hal ini menyebabkan kemarahan rakyat hingga akhirnya terjadilah pemberontakan yang dilakukan beberapa daerah berikut.


1.      Perlawanan rakyat Maluku dibawah pimpinan Pattimura (1817)
     Secara umum penyebab terjadinya  perlawanan rakyat Maluku ini adalah karena adanya beberapa prahara seperti penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan membuat garam, penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi, banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja, jumlah pendeta dikurangi sehingga kegaitan menjalankan ibadah menjadi terhalang. Secara khusus yang menyebabkan kemarahan rakyat adalah penolakan Residen Van den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga sebenarnya.
       Pada tahun 1817 rakyat Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih Thomas Matulessy (Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan. Keesokan harinya mereka berhasil merebut benteng Duurstede di Saparua sehingga residen Van den Berg tewas. Selain Pattimura tokoh lainnya adalah Paulus Tiahahu dan puterinya Christina Martha Tiahahu. Anthoni Reoak, Phillip Lattumahina, Said Perintah dan lain-lain. Perlawanan juga berkobar di pulau-pulau lain yaitu Hitu, Nusalaut dan Haruku penduduk berusaha merebut benteng Zeeeland.Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan Mayor Beetjes tewas. Pada bulan Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap.
Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember 1817 di Ambon. Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut. Christina Martha Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.Sejak Belanda berkuasa di Maluku rakyat menjadi sengsara, sehingga rakyat semakin benci, dendam kepada Belanda. Dibawah pimpinan Pattimura (Thomas Matualessi) rakyat Maluku bangkit melawan Belanda tahun 1817 dan berhasil menduduki Benteng Duursted dan membunuh Residen Van Den Berg. Belanda kemudian minta bantuan ke Batavia, sehingga perlawanan Pattimura dapat dipatahkan, Pattimura kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung bulan Desember 1817. Dalam perjuangan rakyat Maluku ini juga terdapat seorang pejuang wanita yang bernama Christina Martha Tiahahu.

2.      Perang Paderi (1821 – 1838)
      Pada mulanya Perang Paderi merupakan perang antara kaum adat dan kaum ulama. Yang disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat antara kaum ulama dengan kaum adat. Kaum  ulama terpengaruh gerakan Wahabi menghendaki pelaksanaan Ajaran Agama Islam berdasarkan Al’Quran dan Hadist. Kaum ulama ingin memberantas kebiasaan buruk yang dilakukan kaum adat, seperti berjudi, menyambung ayam dan mabuk.Karena terdesak kaum adat minta bantuan kepada Belanda, tetapi kemudian kaum adat sadar bahwa Belanda ingin menguasai Sumatera Barat, kemudian kaum adat bersatu dengan kaum Paderi untuk menghadapi Belanda, karena terdesak Belanda mengirim bantuan dari Pulau Jawa yang diperkuat oleh Pasukan Sentot Ali Basa Prawirodirjo, tapi kemudian Sentot Ali Basa Prawirodirjo berpihak kepada kaum Paderi sehingga Sentot Ali Basa Prawirodirjo ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dengan siasat Benteng Stelsel pada tahun 1837 Belanda mengepung Bonjol, sehingga Imam Bonjol ditangkap dan dibuang ke Cianjur kemudian dipindahkan ke Manado hingga wafat tahun 1864.

3.      Perlawan Pangeran Diponogoro (1825 – 1830)
      Penyebab   terjadinya perlawanan Diponogoro ini adalah karena Keraton merasa dihina dan diturunkan martabatnya akibat pemerintah kolonial Belanda terlalu jauh mencampuri urusan dalam keraton. Penderitaan rakyat yang makin menghebat akibat pelakuan pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang. Kekecewaan kaum ulama terhadap sikap orang-orang Belanda yang merendahkan budaya Timur dan menjujung tinggi budaya Barat, dan pembuatan jalan Yogyakarta-Magelang yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegero di Tegalrejo tanpa izin.
Ada pun  tokoh-tokoh perlawanan ini adalah :
·         Pangeran Diponegoro
·         Suryomataram
·         Ario Prangwadono
·         Pangeran Serang
·         Notoprojo
·         Sentot Prawirodirjo
·         Pangeran Ariokusmo
·         Kiai Mojo
   Dalam perang ini Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya yang didukung oleh kaum bangsawan dan ulama serta bupati, antara lain Kyai Mojo dan Sentot Ali Basa Prawirodirjo. Sementara Belanda menggunakan siasat Benteng Stelsel yang bertujuan untuk mempersempit gerak Pasukan Diponegoro. Pasukan Diponegoro semakin lemah terlebih lagi pada tahun 1829 Kyai Mojo dan Sentot Ali Basa memisahkan diri. Lemahnya pasukan Diponegoro menyebabkan Diponegoro menerima tawaran Belanda untuk berunding di Magelang, dalam perundingan ini pihak Belanda diwakili oleh Jenderal De Kock namum perundingan mengalami kegagalan dan Diponegoro di tangkap dan dibawa ke Batavia, selanjutnya dipindahkan ke Manado kemudian dipindahkan lagi ke Makasar dan meninggal di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.

4.      Perlawanan Rakyat Sulawesi Selatan
      Penyebab terjadinya perlawanan ini bermula dari berakhirnya pemerintahan Inggris menyebabkan Belanda kembali ke Sulawesi Selatan. Belanda menghadapi kondisi yang kurang memuaskan. Oleh karena itu Belanda mengundang raja-raja Sulawesi Selatan  untuk meninjau kembali perjanjian Bongaya yang tidak sesuai lagi dengan sistem pemerintahan imprealisme. Pertemuan tersebut hanya dihadiri Raja Gowa dan Sindereng. Pada tahun 1824, Belanda menyerang Ternate dan berhasil menguasainya. Selain Ternate Belanda juga menyerang Kerajaan Suppa yang dibantu oleh pasukan dari Gowa dan Sindereng yang dimenangkan oleh Belanda.Pasukan Bone yang menghancurkan pos-pos Belanda di Pangkajene, Labakang, dan merebut kembali Ternatte. Oleh karena itu kekuatan Bone makin besar dan daerah kekuasannya makin luas.Di sisi lain, kedudukan Belanda di Makassar makin lemah. Oleh karena itu, Belanda meminta tolong kepada Batavia. Hal ini jelas melemahkan pasukan Bone.
    Tokoh-tokoh dari perlawanan ini adalah Raja Bone, Raja Ternate, Raja Suppa. Pertempuran terus berkobar dan pasukan Bone bertahan mati-matian. Karena kalah dalam persenjataan, pasukan Bone makin terdesak. Benteng Bone yang terkuat di Bulukumba dapat dikuasai oleh Belanda. Dengan jatuhnya Bone, perlawanan rakyat makin melemah. Namun, pertempuran-pertempuran kecil masih terus berlangsung hingga awal abad ke-20.

5.      Perlawanan Rakyat Bali
     Bangkitnya perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda disebabkan oleh adanya Hak Tawan Karang yaitu suatu ketentuan bahwa setiap kapal yang terdampar diperairan Bali menjadi milik Raja Bali, dan sebab khusus menyangkut tuntutan Belanda terhadap raja-raja Bali yang ditolak berisi hak Tawan Karang dihapuskan, Raja harus memberi perlindungan terhadap pedagang-pedagang Belanda di Bali, dan Belanda minta diizinkan mengibarkan Bendera di Bali
Tokoh-tokoh perlawanan Bali diantaranya :
·         Gusti Jalantik
·         Patih Buleleng
·         Raja Bali
·         Raja Karang Ngasem
  Jatuhnya kerajaan Buleleng, menyebabkan raja-raja Bali lainnya bersikap lunak terhadap Belanda, bahkan bersedia membantunya. Akhirnya kedua kerajaan tersebut jatuh ke tangan Belanda. Raja Buleleng dan I Gusti Ketut Jelantik meloloskan diri pada tahun 1849.Setelah kerajaan Buleleng dapat dikuasai, Belanda berusaha menaklukan kerajaan Bali lainnya. Hal ini memaksa para raja Bali mengambil alternatif terakhir untuk mempertahankan kehormatannya, yaitu perang puputan (perang terakhir sampai mati).

6.      Perlawanan Rakyat Aceh (1873-1904)
      Perlawanan rakyat Aceh merupakan perlawanan yang paling lama dan juga terakhir bagi Belanda dalam rangka Pax Netherlandica. Perlawanan dipimpin oleh para Bangsawan (Tengku) dan para tokoh ulama (Teuku) seperti Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Panglima Polem, Cut Nyak Dien, Cut Mutia dan lain-lain.
       Salah satu penyebab terjadinya peperangan karena Belanda melanggar Perjanjian Traktat London tahun 1824 yang berisi bahwa Inggris dan Belanda tidak boleh mengganggu kemerdekaan Aceh. Untuk menguasai Aceh, Belanda menggunakan cara seperti Konsentiasi Stelsel dan mendatangkan ahli Agama Islam yaitu Snouch Hurgronye. Cara ini dapat mempersempit ruang gerak pasukan Aceh dan dari Snouch Hurgronye Belanda mengetahui kehidupan rakyat Aceh dan cara-cara menaklukan Aceh. Sehingga akhirnya Aceh dapat dikuasai oleh Belanda, kemudian Raja-Raja didaerah yang berhasil dikuasai oleh Belanda diikat dengan Plakat Pendek yang isinya :
·         Mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
·         Tidak akan mengadakan hubungan dengan negara lain.
·         Taat dan patuh pada Pemerintah Belanda

7.      Perlawanan Rakyat Banjar
      Penyebab dari pecahnya peperangan ini bermula saat Belanda dapat menjalin hubungan dengan Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan sultan Adam. Setelah Sultan Adam wafat tahun 1857, Belanda mulai turut campur dalam urusan pergantian tahta kerajaan. Akibatnya, rakyat tidak menyukai Belanda. Belanda dengan sengaja dan sepihak melantik Pangeran Tamjid Illah sebagai sultan. Ditengah tengah perebutan tahta, meletuslah perang Banjar pada tahun 1859 dengan Pangeran Antasari sebagai pemimpinnya.
Tokoh-tokoh perlawanan :
·         Sultan Adam
·         Pangeran Antasari
·         Pangeran Hidayatulloh
·         Kiai Demang Lamang
·         H.Nasrun
·         H.Bayasin
·         Kiai Lalang
·         Gusti Matseman
   Pangeran Antasari melakukan pertempuran bersama rakyat. Bahkan, pada bulan Maret 1862 Antasari diangkat menjadi Sultan dengan gelar Panembahana Amiruddin Khalifatul Mukminin. Setelah Pangeran Antasari meninggal, perjuangan dilanjutkan oleh putranya bernama Gusti Matseman namun, perlawanan rakyat Banjar makin hari makin melemah.

 2.4Fakta dibalik perginya belanda dari indonesia

     Hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia mengulas tentang Serangan Umum 1 Maret 1949, sebagai salah satu penyebab menyerahnya Belanda secara total di Indonesia. Bagi yang lupa dengan sejarah kota Jogjakarta, Serangan Umum 1 Maret ini adalah sebuah operasi militer TNI untuk menduduki kota Jogjakarta selama 6 (enam) jam. Kesuksesan operasi militer ini, akhirnya mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi yang cukup keras kepada Pemerintah Belanda. Namun terus terang kesuksesan operasi militer ini, agak dibesar-besarkan oleh Soeharto setelah ia menjadi Presiden RI
Namun dari berbagai dokumen yang sekarang mulai terungkap, ada alasan-alasan lain kenapa Pemerintah Belanda mulai secara serius akhirnya meninggalkan Indonesia. Salah satu alasan tersebut adalah karena adanya 2(dua) peristiwa pembunuhan berikut.
1.      Peristiwa Pembunuhan Jendral Simon Spoor
     Pada hari Jumat 20 Mei 1949, Pimpinan tentara Belanda yang tertinggi di Indonesia, Jendral Simon Spoor, sang arsitek operasi militer ”Operatie Product” dan ”Operatie Kraai”, merayakan promosinya menjadi bintang empat di salah satu restoran pinggir laut dekat Tanjung Priok. Ia mengundang puluhan tamu dan sahabatnya untuk makan siang bersama, sambil menikmati udara cerah kota Jakarta. Jendral Spoor duduk semeja dengan ajudannya Kapten Smulders dan juga pendeta sahabatnya Veerhoven. Para tamu menikmati makanan sambil tertawa riang di hari Jumat yang cerah tersebut. Tidak ada kesan bahwa Jendral Spoor, Kapten Smulder ataupun Pendeta Veerhoven saat itu sedang sakit.Namun setelah makan siang mendekati selesai, tiba-tiba ketiga orang di meja Jendral Spoor mendadak memegang perut mereka masing-masing, lalu langsung tersungkur di mejanya dan bahkan ada yang terjatuh dari kursinya. Kapten Smulders secara darurat dilarikan ke rumah sakit dan menderita koma selama berhari-hari. Pendeta Veerhoven, juga terpaksa di-evakuasi ke kapal ”Big Dipper” untuk dikirim ke Belanda agar bisa dirawat secara intensif. Sedangkan Jendral Spoor tidak terselamatkan dan meninggal beberapa hari kemudian. Anehnya, seluruh tamu di restoran tersebut, tidak ada satupun yang menderita sakit. Pemerintah Belanda, kala itu merahasiakan penyebab kematian Jendral Spoor, dan menyatakan bahwa ia meninggal karena terkena serangan jantung. Namun akhir-akhir ini hampir semua ulasan sejarah menyatakan bahwa kematian Jendral Spoor, adalah kemungkinan besar akibat diracun. Sayang tubuh Jendral Simon Spoor tidak sempat di-autopsi, sebelum ia dikebumikan di Pemakaman Menteng Pulo. Dikanan adalah foto terakhirnya pada tanggal 9 Mei 1949, sewaktu Spoor memberikan penghargaan Bintang jasa ”Singa perunggu” kepada Sersan Polisi Lelealu (seorang KNIL) di Jakarta
2.      Peristiwa Pembunuhan Rob Aernout dan Hubungannya Dengan Kematian Jendral Spoor
     Letnan Muda Angkatan Laut Rob Aernout adalah seorang Polisi Rahasia Belanda yang ditugaskan secara khusus ke Indonesia. Tugas rahasia ini tidak pernah ia ungkapkan kepada siapapun sampai ia tertembak mati di Kampung Genteng. Lembang pada tanggal 28 Februari 1948. Lalu apa hubungan pembunuhan Letnan Aernout dan kematian Jendral Spoor?
Dari berbagai dokumen yang saat ini sudah bisa dengan mudah dibaca. Letnan Aernout rupa-rupanya ditugaskan ke Indonesia untuk menyelidiki kasus korupsi massal yang melibatkan para petinggi-petinggi Pemerintah Belanda di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, para petinggi tersebut adalah Gubernur Jendral Belanda HJ Van Mook, bersama Jendral Meyer dan Jendral De Waal. Kedua Jendral ini adalah anak buah tertinggi Simon Spoor dalam jajaran hirarki organisasi militer Belanda di Indonesia. Dari berbagai penyelidikan, para petinggi-petinggi Belanda ini melakukan beragam kegiatan penjualan senjata gelap, penyelundupan candu, melenyapkan mutiara maupun berlian dari kapal rampasan, melakukan penyelundupan gula, serta banyak lagi kejahatan-kejahatan korupsi lainnya.Lalu kenapa Jendral Spoor harus dibunuh ? Rupa-rupanya Spoor pada pertengahan tahun 1948, sedang memberikan kesaksian kepada Komisi Penyelidikan Zaaijer, yang melakukan investigasi terhadap mewabahnya kasus-kasus korupsi oleh para petinggi Belanda di Indonesia. Spoor yang sebelumnya adalah kepala Angkatan Laut Belanda di Indonesia, membeberkan keserakahan bahwa para Jendral-jendral bawahannya, terus mencari keuntungan pribadi, dengan memanfaatkan kapal-kapal perang Belanda. Menurut berbagai informasi, sebagian besar pembeberan ini dilakukan Jendral Spoor, dengan memakai bukti-bukti yang diperoleh dari penyelidikan Letnan Muda Angkatan laut Rob Aernout. Itulah mungkin kenapa kedua orang ini harus dieliminasi. Di Negeri Belanda, Skandal ini lebih dikenal dengan nama ”De Zaak Arneout” atau ”Kasus Aernout”. Foto dikiri adalah cover buku laris yang mengulas tentang kasus ini.

BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
      Sebelum datang ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempah-rempah di Lisabon (ibu kota Portugis). Pada waktu itu Belanda masih berada di bawah penjajahan Spanyol. Mulai tahun 1585, Belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis dikuasai oleh Spanyol. Dengan putusnya hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Spanyol mendorong bangsa Belanda untuk mengadakan penjelajahan samudra. Pada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara dengan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis  de Houtman. Dalam pelayarannya menuju ke timur, Belanda menempuh rute Pantai Barat Afrika –Tanjung Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda–Banten. Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad (1580–1605) Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk berdagang di Banten.Namun, karenanya sikap yang kurang baik sehingga orang Belanda kemudian diusir dari Banten. Selanjutnya, orang-orang Belanda meneruskan perjalanan ke timur akhirnya sampai di Bali. Rombongan kedua dari Negeri Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck dan Van Waerwyck, dengan delapan buah kapalnya tiba di Banten pada bulan November 1598. Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk sehingga kedatangan bangsa Belanda diterima dengan baik. Sikap Belanda sendiri juga sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para penguasa Banten sehingga tiga buah kapal mereka penuh dengan muatan rempah-rempah (lada) dan dikirim ke Negeri Belanda, sedangkan lima buah kapalnya yang lain menuju ke Maluku.


Daptar Pustaka

1.alviescoot.blogspot.com/2014/09/sejarah
2. lenywidhy.blogspot.com/2013/11/...penjajahan-belanda-di.html
3. bukubelajarsiswa.blogspot.com/2013/...sejarah-indonesia.html RANGKUMAN SEJARAH INDONESIA LENGKAP. Sejarah Indonesia
4. sejarahsemesta.blogspot.com/.../01/perlawanan...belanda.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar