Rabu, 19 April 2017

Kerajaan Demak

A.    Awal Berdirinya Kerajaan Demak

            Kerajaan Islam di Jawa adalah Demak yang berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala Sirna Hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1478 Masehi. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah, ia adalah anak dari Brwijaya dan ibunya yang bernama Cempa yang berasal dari Cina. Raden Fatah  selalu memajukan agama Islam dibantu oleh para wali dan beberapa saudagar Islam.
            Nama kecil Raden Fatah adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarahya, dia merupakan putra dari raja Majapahit yang terakhir dari garwa ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di Palembang karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden Fatah dididik secara Islam, sehingga menjadi pemuda yang saat taat terhadap agama Islam. Pada perkiraan tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah dari gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan sebaik-baiknya, lama kelamaan desa Glagahwangi ramai dikunjungi oleh orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan, tetapi kemudian menjadi pusat perdagangan bahkan pada akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam Pertama di Jawa.

B.     Letak Geografis Kerjaan Demak
            Secara geografis kerajaan Demak terletak di daerah JawaTengah, tepatnya di tepi pantai pulau Jawa. Pada awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Sebelumnya daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vassal atau bawahan kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (Kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (daerah Pasai).
            Letak Demak sangat menguntungkan baik untuk perdagangan maupun pertanian, pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat antara pegunungan Muria dan Jawa, sebelumya selat itu rupanya agak lebar sehingga dapat dilayari  kapal dagang dari Seamarang mengambil jalan pintas untuk ke  Palembang. Pada  abad  XVI Demak menjadi gudang padi dari daerah pertanian  di tepian selat tersebut. konon kota Juwana merupakan pusatnya sekitar 1500 M, tetapi sekitar 1513 M Juwana dihancurkan dan dikosongkan oleh Gusti Patih, panglima besar kerajaan Majapahit yang bukan Islam. Ini kiranya merupakan perlawanan terakhir kerajaan yang sudah tua itu setelah jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di sebelah Selatan Pegunungan Muria. Yang menajdi penghubung antara Demak dengan daerah pedalaman di Jawa Tengah adalah Sungai Serang yang sekarang bermuara di Laut Jawa antara Demak dan Jepara.
            Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya sejak zaman dahulu sudah baik dikarenakan kesempatan untuk mendapatkan pengaliran air sudah cukup dan pesiapan padi untuk kebutuhan sendiridan untuk perdagangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak.

C.    Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya

1.      Kehidupan Politik
            Ketika kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran, banyak bupati yang ada di daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit  runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Adapun raja-raja yangpernah memerintah kerajaan Demak adalah sebagai berikut :

1.1. Raden Fatah
            Raden Fatah memerintah kerajaan Demak pada tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas senagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris dan maritim. Barang ekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu yang di ekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
            Pada masa awal pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Disamping itu Demak meiliki pelabuhan-pelabuhan penting yaitu seperti Jepara, Tuban Sedayu, Jaratan, Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito (penghubung).

1.2. Adipati Unus
            Setelah Raden Fatah wafat tahta kerajaan kemudian diberikan kepada Adipati Unus, dia memerintah demak pada tahun 1518-1521 M, masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama karena ia meninggal di usia masih muda dan tidak menimggalkan seorang putra mahkota. Sehingga tampuk kekuasaannya diberikan kepada saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana. Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Rajen Fatah, telah bersiap untuk menyerang Malaka, namun pada tahun 1511 telaah didahului oleh Portugis, tapi Adipati Unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 demak mengirimkan armada perangnya emuju Malaka. Namun setelah armada sampai di pantai Malaka, armada Pangeran Sabrang Lor  dihujani meriam oleh pasukan Portugis, kemudian serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 tetapi kembali gagal, padahal kapal direnofasi dan menyesuaikan medan. Nanum kemajuan yang pernah ia lakukan yaitu berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkankerjaan Majapahit yang bergama Hindu yng saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerjasama dengan Portugis. Adipati Unus wafat  pada tahun1521 M.

1.3. Sultan Trenggana

             Sultan Trenggana memerintah Demak pada tahun 1521-1546 M, dibawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah jawa barat. Padatahun 1522 M, kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpina Fatahilah, daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan urnuk menggagalkan  hubungan antara Portugis dan Kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahilah. Dengan kemenagan itu Fatahilah mengganti nama sunda kelapa menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan penuh.
               Dalam usaha memperluas kekuasaannya di Jawa Timur. Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil dikuasai sperti Madiun, Gresik, Tuban, dan Malang. Akan tetapi saat menyerang Pasuruan 1546 M, Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengankekerasan ternyata gagal. Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Ternggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada Raden Fatah.

1.4. Sunan Prawata
      Sunan Prawata adalah nama lahirnya  Raden Mukmin. Ia memimpin pada tahun 1546-1549 M. Ia cenderung sebagai ahli agama dari pada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembag bebas tanpa mampu dihalanginya. Sunan Prawata dibunuh oleh oarang suruhan bupati Jipang Arya Penangsang yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Setelah kematiannya, Hadiwijaya memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang dan kesultanan Demak pun berakhir.

2.      Kehidupan Ekonomi
            Letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara. Dalam kegiatan perdagangan Demak berperan sebagai penghubung antara derah pengasil rempah di Indonesia bagian Timur dan Indonesia  bagian Barat. Dengan demikian perdagangan Demak semkain berkembang dan halini juga didukung oleh pengusaan Demak atas pelabuhan-pelabuhan di derah pesisir pantai pulau Jawa. Sebagi kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka demka juga memperahtikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikin kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian sehingga Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.

3.      Kehidupan Sosial Budaya
            Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama yaitu budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan sunan Bonar. Para wali tersebut memiliki peran yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat para raja Demak. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja ataupun bangaswan dan para wali ataupun ulama juga rakyat. Hubungan  yang erat tersebut tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren sehingga terciptalah sebuah Uhkuwah Islaimyah.
            Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang sangat menarik yaitu dari peninggalan raja Demak. Salah satunya yaitu Masjid Demak, dimana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut soko tatal. Masjid Demak ini dibangun pada masa pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan masjid (pendopo) itulah ia menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulid Nabi Muhammad Saw) yang sampai sekarang ini masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.

D. Keruntuhan Kerajaan Demak
            Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan poltik yang hebat di Demak, negri-negri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri terjadi pertentangan diantara para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trenggono adalah pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun ia dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap mewarisi tahta kerajaan. Adaipati Jipang yang bernama Arya Penangsang, anak dari Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia merasa berhak sehingga Sunan Prawoto beserta pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penagngsang berhasil naik tahta. Akan tetapi Arya Penangsang tidak lama berkuasa karena kemudian ia dikalahkan oleh Jaka Tingkir yang dibantu oleh Kiyai Gede Pamanahan, dan putranya Sutawijaya, serta Ki Penjawi. Jaka Tingkir naik tahta dan penobatanya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568 M.
            Sultan Hadiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah membantunya dalam pertempuran melawan  Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Penjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat menjadi bupati di daerah tersebut. Sutawijaya, anak dari Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam menaklukkan Arya Penagsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat. Putanya yang bernama Pangeran Benawa daingkat menjadi penggantinya. Maka timbulah pemberontakan yang dilakukan Arya Panggiri putra dari Sunan Purwoto, ia mempunyai hak atas tahta Pajang. Pemberontakan tersebut dapat digagalkan oleh pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya. Pangeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mampu mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada suadara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada saat Sutawijaya telah menjabat sebagai bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.

D.  Bukti Peninggalan Kerajaan Demak
1.    Masjid Agung Demak

               Peninggalan Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu adalah Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan oleh walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh hingga saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan itu juga menjadi salah satu bukti bahwa Kerajaan Demak pada masa silam telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran agama Islam di Jawa.

2.    Pintu Bledek
        Dalam bahasa Indonesia bledek berarti petir. Oleh karena itu pintu bledek bisa diartikan pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak. Beradarkan cerita yang beredar pintu ini dinamai bledek karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Namun saat ini pintu bledek tidak lagi digunakan karena sudah lapuk. Ia menjadi koleksi peninggalan kerajaan Demak dan disimpan di dalam Masjid Agung Demak.

3.      Soko Tatal dan Soko Guru
Gambar 3. Soko Tatal dan Soko Guru (Google Image, 2011)
Soko Guru adalah tiang berdiameter mncapai 1 meter yang bertugas sebagai penyangga tegak kokohnya Masjid Demak. Ada 4  buah soko guru yang digunakan masjid ini. Dan berdasarkan cerita soko guru tesebut dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, sang Sunan mendapatkan tugas untuk membuat tiang itu sendiri. Hanya saja saat ia baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri dan pada taing ke empat ia kehabisan bahan dan dengan terpaksa menyambungkan semua tatal atau potongan-potongan kayu dan serbuk kayu dengan kekuatan spiritualnya yang mengubahnya menjadi soko tatal alias soko guru yang trebuat dari tatal.

4.        Bedug dan Kentongan
Gambar 4. Bedug dan Kentongan Masjid Demak (Google Image, 2015)
Bedug dankentongan yang terdapat di Masjid Demak juga peninggalan dari kerajaan Demak. Kedua alat ini digunakan pada masa silam sebagai alat yang digunakan untuk memanggil rakyat ke masjid agar segera datang untuk melaksanakan sekolah 5 waktu setelah adzan dikumadangkan. Kentongan yang berbentuk menyrupai tapal kudamemiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka rakyat harus datang ke masjid mengerjakan sholat 5 waktu secepat orang naik kuda.

5.      Situs Kolam Wudlu
Gambar 5. Situs Kolam Wudlu Masjid Demak (Google Image, 2014)
        Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs itu dahulunya digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musafir yang datang ke Masjid Demak untuk melaksanakan sholat. Namun saat ini situs tesebut tidak digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat sebagai peninggalan sejarah.

4.      Maksurah
      Maksurah adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasai dinding Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866M. Tepatnya pada saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai adipati Demak. Adapun tulisan kaligrafi tesebut berisi mkna tentang ke-Esa-an Allah.

5.      Dampar Kencana
            Dampar kencana adalah singgasana  para Sultan yng kemudian dialih fungsikan sebagai mimbar kutbah di Masjid Agung Demak. Peninggalan kerajaan Demakyang satu ini hingga saat ini masih terawat rapi di dalam tempat penyimpanannya di Masjid Demak.

6.      Piring Campa
      Piring Campa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak lain adalah ibu dari Radn Fatah. Piring ini berjumlah 65buah. Sebagian dipakai sebagai hiasan dinding Masjid. Sebagian lagi dipasang di tempat imam.



DAFTAR PUSTAKA

Poesponegoro, Marwati Djoened, dkk. 2010. Sejarah Nasional 3 Edisi        Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka
Pane, Sanusi. 1950. Sedjarah Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
(https//id.m,wiwpedia.org/wiki/kerjaan-demak/Diakses pada tanggal 15 November 2016)
(https//fatwarohman.blogspot.in/2012/02/-1/raja-raja-di-kerjaan-demak/Diakses pada tanggal 15 November 2016)
(http//www.gurusejarah.com/2014/09/peninggalan-dari-kerajaan-demak /Diakses pada tanggal 16 November 2016)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar