Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr Wb
Dengan
memanjatkan puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Saya Pebrianti
telah menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Peradaban Islam di
Kerajaan Banten” ini, yang bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen sejarah
kami.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan saya pada
khususnya, saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan, akhir kata saya sampaikan Terimah kasih.
Walaikum’salam
Wr Wb
Palembang 14 November 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Proses perluasan Islam di Jawa Barat lebih banyak
dikisahkan melalui gerbang Jawa Barat yakni Cirebon. Proses ini menjadi mungkin
karena kondisi kekuasaan politik yang kuat waktu itu di Jawa adalah Jawa
Tengah. Tetapi islamisasi Indonesia melalui pintu barat. Oleh karena itu
mempunyai kemungkinan besar bila masuknya islam dari pintu gerbang Barat. Dalam
hal ini mungkin dari pelabuhan Sunda Kelapa ataupun Banten. Perlu ditambahkan
disini bahwa penyebaran Islam melalui jalur perniagaan, sehingga tidak pernah
terjadi agresi militer maupun agama. Dalam penyebaran ini Islam tidak mengenal
adanya organisasi missi ataupun semacam zending. J.C Van Leur dalam hal ini
menjelaskan bahwa setiap pedagang Islam merangkap sebagai da’i. Itulah sebabnya
masuk dan meluasnya Islam di Indonesia melalui jalur perniagaan
1.2. Rumusan masalah
1.
Bagaimana
proses Islamisasi di kerajaan banten?
2.
Siapa
pendiri Agama Islam (tokoh ulama) di kerajaan banten ?
3.
Bagaimana
Kehidupan politik,ekonomi,social-budaya dikerajaan banten?
4.
Bagaimana
puncak kejayaan kerajaan banten?
5.
Bagaimana
terjadinya perang saudara di kerajaan banten?
6.
Bagaimana
factor kemunduran kerajaan banten?
1.
Mengetahui
bagaimana proses Islamisasi di kerajaan banten
2.
Mengetahui
siapa-siapa pendiri agama islam di kerajaan banten
3.
Mengetahui
sejarah banten dari segi kehidupan
4.
Mengetahui
sejarah puncak kejayaan kerajaan banten
5.
Mengtahui
sebab terjadinya perang saudara di kerajaan banten
6.
Mengetahui
factor Kemunduran kerajaan banten
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Proses Islamisai Kerajaan Di
Banten
Dalam
perkembangan sejarah Indonesia, Jawa Barat tidak hanya sekarang saja sebagai
wilayah yang sangat penting, baik dari tinjauan geostrategi dan geoplitik
dewasa ini. Tetapi Jawa barat juga merupakan tempat pertama timbulnya kekuasaan
politik Taruma Negara, membuktikan posisi geografi Jawa Barat mempunyai nilai
tersendiri sejak abad ke-5 Masehi. Proses perluasan Islam di Jawa Barat lebih
banyak dikisahkan melalui gerbang Jawa Barat yakni Cirebon. Proses ini menjadi
mungkin karena kondisi kekuasaan politik yang kuat waktu itu di Jawa adalah
Jawa Tengah. Tetapi islamisasi Indonesia melalui pintu barat. Oleh karena itu
mempunyai kemungkinan besar bila masuknya islam dari pintu gerbang Barat. Dalam
hal ini mungkin dari pelabuhan Sunda Kelapa ataupun Banten.
Perlu
ditambahkan disini bahwa penyebaran Islam melalui jalur perniagaan, sehingga
tidak pernah terjadi agresi militer maupun agama. Dalam penyebaran ini Islam
tidak mengenal adanya organisasi missi ataupun semacam zending. J.C Van Leur
dalam hal ini menjelaskan bahwa setiap pedagang Islam merangkap sebagai da’i.
Itulah sebabnya masuk dan meluasnya Islam di Indonesia melalui jalur perniagaan.
Pertimbangan lain dari keterangan Tome Pires yang menjelaskan keadaan Jawa
Barat pada abad ke-16. Bahwa pada tahun 1513 penduduk Cirebon dan Cimanuk
(Indramayu) sudah beragam Islam. Yang lebih menarik perhatian kita, Tome Pires
menjelaskan situasi pelabuhan Jawa Barat lainnya: Banten, Pontang, Cikande,
Tengerang dan Sunda Kelapa, sebagai pelabuhan yang telah banyak dikunjungi oleh
pedagang Islam yang berasal dari Malaka, Palembang, Fansur, Tanjungpura, Lawe,
Jawa, dan pelabuhan lainnya.
1.2. Pendiri Agama Islam (Tokoh
Ulama) Di Kerajaan Banten
Ketika kerajaan yang bercorak islam
berdiri, pusat kekuasaan yang semula berada di Banten Girang dipindahkan ke
Surasowan di Banten lama, dekat pantai. Pemindahan pusat kekuasaan ini
dimaksudkan untuk mempermudah hubungan pesisir utara Jawa dengan Sumatra melal ui
Selat Sunda dan Samudra Hindia. Penunjukan Surasowan sebagai ibukota kerajaan
Banten dilakukan atas perintah Faletehan (Sunan Gunung Jati) kepada puteranya,
Hasanuddin, yang kemudian menjadi raja Banten pertama
A. Fatahillah
mangkat pada tahun 1570
Fatahillah
mangkat pada tahun 1570 sebagaimana telah dimaklumi di atas, seorang ulama muda
anak Pasai yang turun dari Mekkah, telah datang ke Demak dan berkhidmat kepada
sultan Trenggono, sehingga diambil menjadi kepala perang untuk menaklukan
Banten, atau Jawa Barat. Ulama muda itu bernama Syarif Hidayatullah, Sultan
Maulana Nuruddin Ibrahim. Untuk menyebarkan Islam di jawa Barat, langkah Sunan
Gunung Jati berikutnya adalah menduduki pelabuhan Sunda yang sudah tua,
kira-kira tahun 1527. Ia memperluas kekuasaannya atas kota-kota pelabuhan Jawa
Barat lain yang semula termasuk Pajajaran.Dalam pada itu kemenangan Syarif
Hidayatullah menaklukan kota Banten mendapat penghargaan tertinggi dari Sultan
Trenggono, sehingga beliau diberi gelar Fatahillah. Portugis menyebutnya
Faletehan.
Fatahillah
sebagai penguasa besar Jawa Barat, meliputi Banten, Jakarta dan Cirebon, apatah
lagi beliau masih mengakui bahwa dia memerintah masih di bawah naungan Demak,
maka yang pantas disebut sultan Banten pertama adalah ialah Hasanuddin.
Sangatlah maju Banten selama pemerintahan baginda selam 18 tahun lamanya.
Pelabuhan Banten ramai didatangi saudagar- saudagar dari luar negeri. Setelah
18 tahun memerintah, maka mangkatlah baginda, kebetulan tahun mangkatnya
bersamaan dengan mangkat ayahnya Fatahillah, tidak berapa bulan selisihnya,
Yaitu di tahun 1570. Kedukaan yang dua kali menimpa rakyat Jawa Barat dalam
satu tahun itu, menyebabkan bahwa setelah mangkat Sultan Hasanuddin diberi
gelar ”Marhum Sabakingking”, dan makam baginda dinamai ”Sabakingking” artinya
tempat duka cita
B. Setelah
Hasanuddin Sultan Banten I (1552 - 1570)
Sultan
Hasanuddin meninggal, Dan diganti oleh anaknya, Yusuf , sebagai raja Banten
kedua (1570-1580). Ia memperluas wilayah kekuasaan kerajaan Banten sampai jauh
kepedalaman yang semula masih dikuasai oleh kerajaan Sunda Pajajaran, dan
berhasil menduduki ibukotanya, yakni Pakuan. Yusuf memperluas bangunan masjid
Agung dengan membuat serambi dan juga membangun masjid lain di Kasanyutan,
sebelah selatan Banten lama.
Ketika
Yusuf wafat, yang berhak naik tahta menggantikannya adalah puteranya yang
bernama Maulana Muhamad. Setelah Yusuf meninggal dunia tahun 1580 M, ia
digantikan oleh putranya Muhammad, yang masih muda belia. Selama Sultan
muhammad masih di bawah umur , kekuasaan pemerintahan dipegang oleh kali
(Arab:qadhi, jaksa agung ) bersama empat pembesar lainnya. Raja Banten yang
saleh ini, melanjutkan serangan terhadap raja Palembang dan gugur dalam usia 25
tahun pada tahun 1596. Ia meninggalkan seorang anak yang berusia 5 bulan, Sultan
mafakhir Mahmud Abdulkadir.
C. Pangeran
Yusuf Sultan Banten II (1570 -1580)
Sebelum
memegang pemerintahan secara langsung, Sultan berturut-turut berada di bawah 4
orang wali laki-laki dan seorang wali wanita. Ia baru aktif memegang kekuasaan
tahun 1626, dan pada tahun 1638 mendapat gelar Sultan dari Mekkah. Dialah raja
Banten pertama dengan gelar sultan yang sebenarnya. Ia meninggal tahun 1651 dan
digantikan oleh cucunya Sultan Abulfath Abdulfath. Pada masa sultan Abulfath Abdulfath
ini tejadi beberapa kali peperangan antara Banten dan VOC yang berakhir dengan
disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M. Sebagai kota metropolitan
sejak abad ke -14 sampai akhir abad ke -19, Banten mengalami perkembangan
jumlah penduduk yang pesat, menurut statistik yang dibuat oleh Sultan Abul
Mahasin Zaonal Abidin pada tahun 1694, penduduk Banten berjumlah 31,848 jiwa.
Selama
lebih dari tiga abad, Banten sebagai kerajaan Bahari telah menjadi tempat
persinggahan dan transaksi perdagangan internasional. Bangsa asing yang
berdagang di Banten pada saat itu antara lain Persia, Arab, Keling, Koja, Pegu,
Cina, Melayu dan sebagainya. Barang-barang perdagangan yang beredar dan menjadi
komiditi di kota Banten adalah sutra, beludru, peti berhias, kertas emas, kipas
angin dari Cina, kaca, gading, batu permata dari India, tekstil, dan
sebagainya. Walaupun Banten berupa kerajaan Bahari, ternyata juga mengembangkan
pertanian. Pertanian telah dikembangkan sejak Sultan Abdul mufakhir Muhammad
Abdul Kadir (1596-1651). Dengan dibangunnya sistem irigasi oleh sultan Ageng
Tirtayasa (1651-1682).
Pada peta
ikhtisar Banten lama dari tahun 1900 terdapat nama tempat yang menunjukkan
adanya sebuah tempat kefakihan pada masa itu. Adanya tempat ini menunjukkan
bahwa pada jaman kesultanan Banten, unsur pendidikan islam dikhususkan dan
mendapat prioritas utama. Dengan demikian, harapan terhadap para alim ulama
begitu tinggi, walau Banten dihancurkan oleh Belanda pada tahun 1813, pada
waktu itu juga lahir seorang ulama kenamaan berasal dari Tanahara Tirtayasa,
Banten, bernama Nawawi al Banteni. Ratusan buku karangannya dicetak didalam dan
luar negeri, antara lain di Mesir dan Beirut. Sampai sekarang semua buku
tersebut masih dipelajari dan dibaca oleh umat islam, khususnya di Indonesia.
Banten,
Kesultanan, sebuah pemerintahan islam di Banten berdiri sejak tahun 1527, pada
mulanya, Banten merupakan daerah kekuasaan kerajaan Hindu Budha pajajaran, pada
tahun 1527 Banten direbut oleh dan diperintah oleh Faletehan dari Demak. Sejak
saat ini mulai berdiri pemerintahan islam di Banten, yang kelak menjadi
kesultanan setelah Demak mengalami kemunduran. Kesultanan Banten mulai meluas
kekuasaannya dan mencapai kemajuan di bidang perdagangan sejak pemerintahan
Hasanuddin. Ia memerintah Banten setelah kepindahan faletehan ke Cirebon pada
tahun 1552. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf 1579-1580, Pajajaran
ditaklukkan.
Sejak
sebelum zaman islam, ketika masih berada di bawah kekuasaan raja-raja sunda
(dari Pajajaran , atau mungkin sebelumnya). Banten sudah menjadi kota yang
berarti. Dalam tulisan Sunda kuno, cerita parahyangan, disebut- sebut nama
wahanten Girang. Nama ini dapat dihubungkan dengan Banten, sebuah kota
pelabuhan ujung barat pantai utara Jawa. Pada tahun 1524/1525 sunan gunung jati
dari Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan islam serta
bagi perdagangan orang-orang islam disana. Menurut sumber tradisional ,
penguasa Pajajaran di Banten menerima Sunan gunung Jati dengan ramah tamah dan
tertarik masuk islam. Ia meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman disana.
Dengan segera ia menjadi orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan
tentara jawa yang memang dimintanya. Namun, menurut berita Barros, penyebaran
islam dijawa barat tidak melalui jalan damai, sebagaimana disebut oleh sumber
tradisional. Beberapa pengislaman mungkin terjadi secara sukarela, tetapi
kekuasaan tidak diperoleh kecuali dengan menggunakan kekerasan. Banten,
dikatakan justru diserang dengan tiba-tiba.
D. Maulana
Muhammad Sultan Banten III (1580 – 1596)
Keadaan
Banten pada masa Sultan Maulana Muhammad dapat diketahui berdasarkan kesaksian
Willem Lodewycksz yang mengikuti Cornelis de Houtman yang mendarat di pelabuhan
Banten tahun 1596. Dari catatan mereka diketahui bahwa Kota Banten mempunyai
tembok tembok yang lebarnya lebih dari depa orang dewasa dan terbuat dari bata
merah. Diperkirakan besarnya sebesar kota Amsterdam tahun 1480 M dan orang
dapat melayari seluruh kota Banten melalui banyak sungai. Setiap kapal asing
yang hendak berlabuh di Bandar Banten diharuskan melalui semacam pintu gerbang
dan membayar bea masuk. Transaksi perdagangan di pasar ini berjalan mudah
karena mata uang dan pertukaran mata uang (money changer) sudah dikenal.
Maulana
Muhammad terkenal sebagai orang yang saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama
Islam, beliau banyak mengarang kitab agama Islam dan membangun masjid hingga ke
pelosok negeri. Sultan juga menjadi khatib dan imam untuk setiap shalat Jum’at
dan Hari Raya. Pada masa kepemimpinannya, Masjid Agung diperindah dengan
melapisi dinding dengan keramik dan kolomnya dengan kayu cendana, untuk tempat
shalat perempuan disediakan tempat khusus yang disebut pawastren atau
pawadonan. Sultan Maulana Muhammad wafat pada tahun 1596 pada saat penyerangan
ke Palembang, perang yang dimulai akibat bujukan Pangeran Mas, keturunan dari
Kerajaan Demak yang ingin menjadi Raja Palembang. Sultan tertembak ketika
memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri di Sungai Musi. Sultan Maulana
Muhammad wafat di usia 25 tahun, dimakamkan di serambi Masjid Agung dan beroleh
gelar Pangeran Seda ing Palembang atau Pangeran Seda ing Rana. Sultan
meninggalkan putra yang baru berusia lima bulan, yaitu Abul Mafakhir, yang
ditunjuk sebagai penggantinya.
E. Abul
Mufakhir Mahmud Abdul Kadir Sultan Banten IV (1596 -1651)
Sultan
Abul Mafakhir yang baru berusia lima bulan, untuk menjalankan roda pemerintahan
maka ditunjuklah Mangkubumi Jayanegara, seorang tua yang lemah lembut dan luas
pengalamannya dalam pemerintahan sebagai walinya. Masa awal pemerintahan Sultan
yang masih balita ini merupakan masa masa pahit dalam sejarah Kesultanan Banten
karena banyaknya perpecahan dalam keluarga kerajaan, dengan berbagai
kepentingan yang berbeda serta keinginan untuk merebut tahta kerajaan. Pada
saat Mangkubumi Jayanegara wafat di tahun 1602 M, perwalian dikembalikan ke
ibunda sultan, Nyai Gede Wanagiri. Nyai Gede Wanagiri yang telah menikah
kembali, mendesak agar suami barunya ditunjuk sebagai Mangkubumi. Mangkubumi
yang baru ini, dalam kenyataannya banyak menerima suap dari pedagang asing,
sehingga tidak memiliki wibawa dan keputusannya lebih banyak tidak
ditaati. Kekacauan di dalam negeri semakin membesar dan tidak dapat ditangani
karena Mangkubumi lebih sibuk mengurus keributan yang ditimbulkan oleh pedagang
Belanda dengan pedagang Inggris, Portugis, maupun pedagang dalam negeri.
Puncak
dari kekacauan itu adalah dibunuhnya Mangkubumi, yang memicu terjadinya perang
saudara yang dikenal dengan nama Perang Pailir, yang terjadi di tahun 1608 –
1609 M. Perang untuk memperebutkan tahta yang dilancarkan oleh Pangeran Kulon,
saudara sultan lain ibu ini, dapat dihentikan atas usaha Pangeran Jayakarta
hingga dibuat perjanjian perdamaian antara semua pihak. Salah satunya adalah
diangkatnya Pangeran Ranamanggala sebagai Mangkubumi dan wali dari sultan muda,
semenjak itu Banten menjadi aman kembali. Pangeran Ranamanggala adalah putra
Maulana Yusuf, saudara beda ibu dengan Sultan Maulana Muhammad. Selama menjabat
sebagai Mangkubumi, tindakan utama yang diambil adalah mengembalikan stabilitas
keamanan Banten dan menegakan peraturan untuk kelancaran pemerintahan, yang
bahkan Sultan sendiri tidak diperkenankan untuk ikut campur. Dengan cara
demikian, Banten dapat terselamatkan dari kehancuran akibat rongrongan dari
dalam amupun luar negeri. Mangkubumi dalam menghadapi bangsa asing tidak berat
sebelah atau memihak pihak manapun. Beberapa kebijakan penting yang diambil :
·
Penghapusan
keharusan bagi pedagang Cina untuk menjual lada kepada pedagang Belanda
·
Penetapan
pajak ekspor lada dan pajak impor bagi barang barang yang sebelumnya tidak
terkena pajak
·
Pemberlakuan
pajak yang lebih tinggi bagi pedagang dari Belanda. Hal ini dilakukan agar
pedagang dari Belanda tidak berniaga di Banten karena perilaku pedagang Belanda
yang kasar dan mau mencampuri urusan pemerintahan dan dalam negeri Banten
2.3. Kehidupan Politik, Ekonomi,
Sosial dan Budaya
A.
Kehidupan Politik
Sultan pertama Kerajan Banten ini
adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah tahun 1522-1570. Ia adalah putra
Fatahillah seorang panglima tentara Demak yang perna diutus oleh Sultan
Trenggana menguasai Bandar-bandar di Jawa barat. Pada waktu kerajaan demak berkuasa,
daerah banten merupakan bagian dari kerjaan Demak. Namun setelah kerajaan Demak
mengalami kemunduran, banten akhirnya melepas diri dari pengaruh penguasaan
Demak . Jatuhnya Malaka ketangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim
memindakan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada pemerintahan Sultan
Hasanuddin, kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan Hasanuddin
memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, lampung disumatra selatan
yang sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian ia
telah meletakan dasar-dasar bagi kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Pada
tahun 1570 Sultan Hasanuddin Wafat
Penguasa Banten selanjutnya adalah
Maulana Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin. Di bawah kekuasaannya Kerajaan
Banten pada tahun 1579 berhasil menaklukan dan menguasai kerajaan pejajaran
(hindu). Akibatnya pendukung setia Kerajaan Pejajaran menyingkir ke pedalaman,
yaitu daera banten selatan, mereka dikenal dengan suku Badui. Setelah
penjajaran di taklukan konon kalangan elite sunda memeluk agama islam Maulana
Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Pada akhir kekuasannya,
Maulana Muhammad menyerang KeSultanan Palembang. Dalam usaha menaklukan
Palembang , maulana Muhammad tewas dan selanjutnya putra mahkotanya yang
bernama Pangeran Ratu naik tahta. Ia bergelar Sultan Abu Mufakhir Mahmud Abdul
Kadir Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra pangeran Ratu
yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Ia sangat menentang kekuasaan
Belanda. Usaha untuk mengalahkan orang-orang Belanda yang telah membentuk VOC
serta menguasai pelabuhan jayakarta yang dilakukan oleh sulta Ageng Tirtayasa.
Banten mulai dikuasai oleh Belanda di bawah pemerintahan Sultan Haji.
Banten
dibawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi Bandar
perdagangan dan pusat penyebaran agama islam. Adapun factor-faktornya ialah:
1) Letaknya setrategis dalam lalu
lintas perdagangan
2) Jatunya malaka ketangan portugis sehingga
pedagang islam tidak lagi singgah ke malaka namun langsung menuju Banten
3) Banten mempunyai ekspor penting
yakitu lada
Banten yang menjadi maju banyak
dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab,Gujarat,Persia,Turki Cina dan
sebagainya. Dikota dagang banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan
menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan kampung pakojan,
orang cina mendirikan kampong pacinan. Orang-orang Indonesia mendirikan Kampung
Banda, Kampong Jawa dan sebagainya.
C.
Kehidupan Sosial-Budaya
Sejak banten di islam kan oleh
Fatahillah (Faletahan) 1527 kehidupan social mastarakat secara berangsur-angsur
mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan
Penjajaran pengaruh islam makin kuat didaera pedalaman. Pendukung sebagai Suku
Badui. Kepercayaan meraka di sebut Pasun dan Kawitan yang artinya Pasundan yang
pertama Meraka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengatih Islam
Kehidupan social masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik
karena sultan memperhatikan kehudupan dan kesejateraan rakyatnya. Namun setelah
Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dan adanya campur tangan Belanda dalam
kehidupan social masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat
ditemukan dalam masjid Agung Banten (tumpang lima), dan banguna gapura-gapura
di Kaibon Banten. Disamping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan
Lukas Cardeel. Orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama
Islam, Susuna istananya menyerupai istana raja Eropa.
1.4. Puncak
kejayaan
Kerajaan Banten
Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan
mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya. Monopoli atas
perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara
dan Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi salah satu pusat niaga yang
penting pada masa itu. Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara, Banten
menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris, Denmark dan Tionghoa, Banten
berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina dan Jepang.
Masa Sultan Ageng
Tirtayasa (bertahta
1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Di bawah dia, Banten
memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga
telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten Dalam mengamankan
jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini
Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya
telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten
2.5. Perang Saudara Kerajaan Banten
Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam
Kesultanan Banten, akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan antara Sultan
Ageng dengan putranya Sultan Haji. Perpecahan ini dimanfaatkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan kepada Sultan
Haji, sehingga perang saudara tidak dapat dielakkan. Sementara dalam memperkuat
posisinya, Sultan Haji atau Sultan Abu
Nashar Abdul Qahar juga
sempat mengirimkan 2 orang utusannya, menemui Raja Inggris di London tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta bantuan
persenjataan. Dalam perang ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan
pindah ke kawasan yang disebut dengan Tirtayasa,
namun pada 28 Desember 1682 kawasan ini
juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC. Sultan Ageng bersama putranya yang
lain Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makasar mundur ke arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng
tertangkap kemudian ditahan di Batavia
Sementara
VOC terus mengejar dan mematahkan perlawanan pengikut Sultan Ageng yang masih
berada dalam pimpinan Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf. Pada 5 Mei 1683, VOC mengirim Untung Surapati yang berpangkat letnan beserta pasukan Balinya, bergabung
dengan pasukan pimpinan Letnan Johannes Maurits van Happel menundukkan kawasan
Pamotan dan Dayeuh Luhur, di mana pada 14 Desember 1683 mereka
berhasil menawan Syekh Yusuf. Sementara setelah terdesak akhirnya
Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri. Kemudian Untung Surapati disuruh
oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan
membawa Pangeran Purbaya ke Batavia, mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang
dipimpin oleh Willem Kuffeler, namun terjadi pertikaian di antara mereka,
puncaknya pada 28 Januari 1684, pos pasukan
Willem Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya Untung Surapati beserta pengikutnya
menjadi buronan VOC. Sedangkan Pangeran Purbaya sendiri baru pada 7 Februari 1684 sampai di
Batavia.
2.6. Kemunduran Kerajaan
Banten
Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti
dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya pada 12 Maret 1682, wilayah
Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada
Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang
berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian
tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat
VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Selain itu berdasarkan perjanjian tanggal 17 April 1684, Sultan Haji
juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC.
Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun 1687, VOC
mulai mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan
para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral
Hindia Belanda di Batavia. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya diangkat mengantikan Sultan Haji namun hanya
berkuasa sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan oleh saudaranya Pangeran
Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten. Perang saudara yang
berlangsung di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa
berikutnya. Konfik antara keturunan penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat
Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali
memuncak pada masa akhir pemerintahan Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di antaranya perlawanan Ratu Bagus Buang
dan Kyai Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali meminta
bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah
menjadi vassal dari VOC
BAB III
PENUTUP
Kerajaan Banten didirikan oleh
Fatahillah (1527). Semula, Banten merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Hindu
Pajajaran. Kemudian, Banten direbut dan diperintah oleh Fatahillah dari Demak.
Pada tahun 1552, Fatahillah menyerahkan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Fatahillah
sendiri pergi ke Cirebon dan berdakwah di sana sampai wafat (1570). Ia
dimakamkan di desa Gunung Jati. Oleh karena itu, ia disebut Sunan Gunung Jati.
Daftar pustaka
http://ridwanaz.com/umum/sejarah/sejarah-kerajaan-banten-beserta-kehidupan-politiksosial- dan-budaya/
http://www.sejarah-negara.com/2015/02/raja-raja-yang-pernah-menguasai-kerajaan- banten.silsilah.html
Betway App for Android and iOS - JTM Hub
BalasHapusBetway App, available for 김제 출장안마 download and available 청주 출장샵 on iOS and Android 오산 출장샵 devices. Betway is a popular 김포 출장안마 betting 안산 출장샵 app for sports and casinos.